SKL 2022 – NARA (1)

SKL 2022 – NARA (1)

SSEAYP Kumpul Kembali 2022. Ia tak ubahnya sebuah reuni kecil dari sebuah organisasi besar berskala Internasional. Kami menyebutnya SII (SSEAYP Intenational Indonesia). Tidak banyak yang saya lakukan dalam perhelatan tersebut, kecuali bertemu dengan Senior dan Junior yang terputus selama pandemi. Terakhir kami adakan 5 tahun silam di gedung Pertemuan Kemenlu, yang kebetulan Wakil Menteri Luar Negeri saat itu adalah Senior kami.

Muncul untold story yang menghiasi narasi pembicaraan: NARA, yaitu kota dimana saya dan rekan-rekan Solid Delta menjalani homestay di Jepang 1989. Nara menjadi tranding topic dunia lantaran menjadi spot kamera atas tertembaknya Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe beberapa hari lalu.

Nara-shi atau kota Nara adalah ibu kota Prefektur Nara. Kota ini terletak di bagian utara Prefektur Nara, dan berbatasan dengan Prefektur Kyoto. Tidak banyak yang tahu bahwa Nara merupakan ibu kota Jepang dari tahun 710 – 784 M. Selama 74 tahun lamanya, kota ini telah menjadi sumber terbentuknya berbagai kesenian dan sastra.

Nara juga pernah ditetapkan sebagai Ibu Kota Permanen Pertama di Jepang. Ia memiliki sejarah dan usia yang lebih tua daripada Kyoto. Pada tahun 784 M, Ibu Kota dipindahkan untuk sementara dari Nara ke Nagaoka selama 10 tahun. Setelah itu, baru pindah ke Kyoto yang kemudian menjadi Ibu Kota baru Jepang selama lebih dari satu millenium.

Di kota ini, terdapat hutan purba. Letaknya berada di belakang kuil Kasuga Taisha. Hutan yang sakral dan dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa. Sejak tahun 841, hutan Kasuga ditutup dan dilarang dimasuki oleh siapapun. Selama periode yang sangat lama itulah, hutan keramat nan ghoib tersebut terlindungi dari jejak-jejak manusia. Barulah pada masa Perang Dunia II akses ke hutan mulai dibuka dan dibangun jalur setapak khusus untuk pendakian.

Rusa merupakan simbol Kota Nara yang saat ini berpenduduk 360.000 orang. Anda dapat menemukan mereka berkeliaran dengan bebas hampir di seluruh penjuru kota. Tentunya, inilah salah satu daya tarik pariwisata selain Kuil Todaiji yang mashyur itu.

Sesekali, main yang jauh ya!
Hehe.

JS. Budi.