NARA – HARAJUKU – CITAYAM (6)
Nara adalah kota basis budaya dan agama di Jepang. Ribuan tahun penduduk Nara melestarikannya. Beda dengan kawasan Harajuku.
Dari Wikepedia kita dapatkan sejarah Harajuku. Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama Kamakura. Dan di era Edo, kelompok Ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo. Selain Ninja, Samurai kelas Bakhusin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku.
Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote.
Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no.
Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.
Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan.
Di tahun 1989, saya masih bisa menikmati bagaimana cowok-cewek Jepang berpakain punk di jalanan. Ada yang bergerombol dan ada yang beraktifitas menari bahkan mendirikan stage untuk band. Juga, breakdance yang saat itu masih ada gaungnya.
Uniknya, Pemerintah menetapkannya sebagai kawasan khusus pejalan kaki. Dan, jadilah Harajuku sebagai tempat berkumpul favorit anak-anak muda sedunia.
Lantas, bagaimana dengan pergerakan massive cewek-cowok Citayam yang mengadakan Fashion Week di Jakarta?
Ini memang fenomena ghoib.
Menurut saya, pergerakan mereka ini tak ubahnya ^HOT-HOT CHICKEN SHIT^ – Pergerakan sesaat saja. Karena secara politis, Pemprop mana yang harus mengakomodir kegiatan mereka? Pemprop Jakarta atau Jabar? Mereka warga Jabar, berkegiatan di DKI.
Tidak ada sejarahnya dan bersifat ambigu. Dampaknya, pasti bikin masalah sosial baru. Klimaknya, bila kelompok LGBT ikut-ikutan. AMBYAR DEH. Tutup saja. UNFAEDAH !!
Hehe.
JS. Budi.
Googling foto: Citayam FW.