NARA – YUAI (4)

Analisa Pariwisata

NARA – YUAI (4)

Setelah duduk tenang, Junior saya bertanya: Mas, kok Sampenyan masih ada waktu menganalisa politik?

Sambil meneguk manggo milk, saya sampaikan bahwa setelah ikut SSEAYP, pada tahun 1995 saya mendapat undangan dari YUAI. Kedekatan saya saat itu dengan YUAI bukan berazaskan platform politik namun pada pemberdayaan pariwisata. Saat itu, saya bekerja sebagai Duty Manager di Senggigi Beach Hotel – Lombok, dan sekaligus berikhtiar menambah akses sebagai seorang kolumnis pariwisata di Bali Post.

Bahwa dalam perjalanan selanjutnya saya baru paham kalau YUAI memiliki program Perdamaian Dunia. Mengundang beberapa pimikir lintas akademisi ASIA-EROPAH. Ada yang berlatar-belakang Lawyer, Politisi, Entrepreneur, IT dan Jurnalis. Saya bersama dengan perwakilan dari Hongkong dan China ber-DNA Jurnalis.

Kami belajar bagaimana berempati dan bersinergi antar-negara. Kemudian, menciptakan persaudaraan global. Keren. Kegiatan ini digerakkan oleh Keluarga HATOYAMA. Mereka adalah cucu dari Ichiro Hatoyama, Perdana Menteri Jepang 1954-1956. Boleh dikata Beliau adalah pendiri atau sesepuh Liberal Democrat Party (LDP). Sang Kakak, Kunio Hatoyama, adalah Justice Minister Jepang disaat saya mengikuti program. Sedangkan adiknya, Yukio Hatoyama menjadi anggota Parlemen Jepang. Kunio San meninggal di tahun 2006. Dan Yukio San dinobatkan sebagai Perdana Menteri Jepang pada tahun 2009.

Masih terngiang saat Yukio San berkelakar, “Kalau harga mineral water lebih mahal daripada harga gazoline, berarti negara tersebut dalam keadaan bahaya.” Intinya, saya larut dalam thesis pembaharuan yang dilakukan pemikiran Yukio San. Dua tahun berikutnya, saya diundang kembali untuk menjadi peserta dan sekaligus pembicara dalam perhelatan internasional di Tokyo 1997.

Sayangnya, semua foto dan dokumen bernuansa China – Hongkong saya buang di tong sampah sebelum pulang ke tanah air. Bahkan koper saya bongkar dan saya pastikan tidak ada satu file pun tentang dokumentasi kami di Tokyo dan Morioka. Karena pada saat itu Indonesia – China belum ada hubungan diplomatik. Thus, saya hanyalah seorang pegawai hotel dari cucu perusahaan BUMN. Bukan Diplomat. Bukan Politisi,.Gak nyambung !!

Tapi, bila ketahuan?
End. Kelar deh saya !!
Hehe.

JS. Budi
Foto: Gak Nyambung