PELAJARAN ILMU BISNIS DARI PERANG RUSIA-UKRAINA (4)
SENI BERTAHAN
Dalam teori perang, para serdadu mengenal Pengembangan Pertahanan pada tingkat operasi dan taktik. Berikut adalah beberapa bentuk Pengembangan Pertahanan sebagaimana yang akan kita diskusikan, yaitu: Pertahanan Linier, Pertahanan Elastis, Pertahanan Berlapis, Pertahanan Mobile dan Pertahanan Wilayah.
Pertahanan Linier dilakukan untuk memanfaatkan kondisi medan, seperti sungai yang dalam dan cukup lebar yang melintasi wilayah yang akan dimasuki penyerang. Pertahanan linier dapat berupa pertahanan depan sebagaimana rencana NATO dalam menghadapi serangan Uni Soviet (sekarang Rusia) dalam Perang Dingin. Inilah yang menyebabkan bahwa mulai tahun 2008 Vladimir Putin mewanti-wanti Ukraina untuk tidak boleh ikut dalam blok NATO. Sebagai mantan Intelijen KGB berkelas, Vladimir Putin tahu persis sepak terjang NATO yang akan mengancam sistem pertahanan negaranya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Pertahanan Elastis, kebalikan ekstrem dari pertahanan linier karena tidak dipersiapkan garis pertahanan. Bentuk ini memerlukan kondisi geografis yang sesuai. Negara Rusia dan China dapat melakukan bentuk pertahanan seperti ini. Given dari Gusti Allah.
Dalam ilmu bisnis, prototipe Pengembangan Pertahanan ini biasanya hanya disebut dengan Survival, titik. Apapun corporate action yang dilakukan oleh Executive dan Manajerial Level lebih mengarah pada pengembangan pertahanan bersifat sementara. Perihal ini dikarenakan dalam konsep Manajemen yang namanya pertahanan banyak diartikan sebagai “warning” bahwa perusahaan sudah masuk dalam keadaan menghadapi bahaya. Sehingga, pergerakan naluri Executive dan Manajemen sampai pada penyelamatan Entitas saja. Mereka belum sempat memikirkan penetrasi maksimal, apalagi menyerbu (baca melakukan aneksasi pada perusahaan lain). Ini yang membedakan konsep Pengembangan Pertahanan dalam Manajemen dengan Militer.
Dalam pertahanan Linier dan Elastis, Manajemen mempertahankan keberadaan perusahaan apa adanya. Tanpa adanya suntikan dana dari Owner. Ia fokus untuk bertahan dan keluar dari kungkungan pasar yang dikuasai competitor. Bisa saja ia melakukan diversikasi produk karena menganggap pangsa pasar sudah totally dikuasai competitor. Berat, namun harus sukses. Atau, memang tidak ada pangsa pasar lagi. Seperti yang terjadi selama pandemi ini bagi entitas yang bergerak dalam dunia pariwisata.
Tidak ada kata to kill or to be killed, yang ada adalah esok masih ada matahari atau tidak? Esok masih ada kehidupan? Esok masih ada pasar atau tidak?
Jika tidak, ya, kukut (tutup) saja dagangan. Wal hasil, Hotel, resto, even spot dan kawasan wisatapun tutup dan tertidur selama dua tahun.
Pertanyaannya, dikemanakan warga negara atau para pegawainya?
Kitapun tahu jawabannya: hijrah dan rela tidak mendapatkan pesangon !
Uuuuuuuuuraaaaaaaaa.
Hehe.
JS. Budi.