NARA – MADURA (5)

Analisa Pariwisata

NARA – MADURA (5)

Sambil menghela nafas, saya sampaikan: saya tidak tertarik untuk membahas politik Jepang, tetapi saya lebih suka mengulas bagaimana cara efektif Penguasa Negeri para Shogun ini melakukan penegakan hukum atas kasus korupsi.

Belajar dari thesis Eiji Oyamada, banyak hal yang dapat dipetik. Lihat, bagaimana Indeks persepsi korupsi (IPK) Jepang tahun 2020 berdasarkan hasil survey Lembaga Transparansi Internasional ada pada peringkat ke-19 dunia. Perihal ini menunjukkan bahwa Jepang termasuk salah satu negara yang memiliki indeks persepsi korupsi tinggi di dunia. Indeks persepsi korupsi memang bukanlah indikator yang tepat dalam menentukan bersih-tidaknya sebuah negara dari korupsi – tapi paling tidak – perihal ini dapat dijadikan penilaian atas tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.

Beranjak pada pemikiran nyeleneh saya, mecoba untuk menghubungkan nilai filosofi yang menjadi garda harga diri orang Madura paling hakiki: “Ango’an apote tolang etembang apote matah“ prinsip hidup ini sama seperti yang dilakukan masyarakat Jepang secara filosofi: 生き恥かくより、死ぬがまし (Iki hajikaku yori, shinu ga mashi).

Maknanya, “lebih baik mati daripada menanggung malu”. 恥の文化 (Haji no bunka – budaya malu). Kalimat ghoib ini ditengarai berasal dari ajaran Ishido di Jepang. Sedagkan di Madura, kalimat sakral ini terjadi turun menurun begitu saja, yang ujungnya belum pernah saya tahu darimana munculnya kalimat tersebut. Kalau ada sejarawan ataupun sasterawan Madura yang lebih tahu detailnya, dipersilahkan komentar untuk penyempurnaan narasi ini.

Di Jepang, bagi mereka yang tidak memiliki rasa malu dalam berkegiatan bisnis, kerja atau keseharian, akan dianggap sebagai orang dengan kualitas bawah.
Ampun DJ !!!

Uniknya, budaya ini menimbulkan tekanan sosial yang tinggi bagi pejabat yang melakukan kesalahan, salah satunya adalah korupsi. Begitu sebuah kasus korupsi diberitakan media, maka pihak yang terlibat akan segera mengundurkan diri dari jabatannya, terlepas dia benar-benar bersalah atau tidak. Hal inilah yang membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya tetap terjaga sehingga indeks persepsi korupsi di Jepang tetaplah tinggi.

Keren kan?
Hehe

JS. Budi

Googling Foto: Sakera