Berita  

TAK KAYA TAPI BAHAGIA – WARATAWAN ASEAN 1989

Berita

TAK KAYA TAPI BAHAGIA – WARATAWAN ASEAN 1989



Orang Sableng bilang, selama Anda masih menghitung uang Anda di dompet atau uang yang disimpan di rumah, berarti Anda belum kaya. Dalam artian kaya materi, tentunya.

Foto ini menggambarkan perjuangan PERS muda di tahun 1989, dimana kami tergabung dalam komunitas PRESS of SHIP FOR SOUTH EAST ASIAN YOUTH PROGRAM. Sebuah Komunitas kecil yang berpran aktif dalam pubdok (publikasi & dokumentasi) program.

Mayoritas berlatar belakang wartawan / kolomnis. Saya sendiri beranjak dari Koran Kampus Mahasiswa (KKM) MEDIA – Unram, Lombok. Kemudian berkiprah di Bali Post dan Nusa Tenggara Post sebagai kolumnis ekonomi dan pariwisata. Walau saya kuliah di FKIP Jurusan Bahasa Inggris. Gak nyambung secara disiplin ilmu, tapi gegara kursus jurnalistik di Universitas, endingnya bisa juga menjadi penulis ekonomi dan pariwisata.

Setelah program, kami pulang ke negara masing-masing dengan membawa tagline yang hingga kini masih ada dalam ingatan: Kami bukan orang kaya, tapi kami orang bahagia.
Cool. Keren.
Memang, itulah kami.
Anda pun juga boleh mengaplikasikan tagline tersebut pada Anda dan sekeliling Anda.

Ingat, diluaran sana banyak orang kaya, tapi tidak bahagia.
Lebih banyak lagi, orang tidak kaya malah tidak bahagia, bahkan nyusain orang lain pula. Semoga, kita tidak termasuk yang keduanya.
Aamiin

Salam.

Nb. Keterangan Foto
Kiri-Kanan Berdiri: Ray (Phil), Bala (Sin), James (Sin), Halim (Brunai) Yamamura (Jpg), Almarhum Munir (Mal).
Kiri-Kanan Duduk: Hiroko (Jpg), Saif (Brunai), saya

 

JS. Budi