Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto gelar International Guest Lecture
“Jika bukan kita siapa lagi yang akan melestarikan budaya kita sendiri.” demikian kira-kira slogan yang sering kita dengar. Dalam rangka mengenalkan dan melestarikan salah satu budaya Banyumas, Prodi Ilmu Komunikasi mengadakan kuliah tamu dengan tema Preservation of Traditions and Culture in the Modern World (11/12). Acara yang dihadiri oleh sekitar 300 mahasiswa Ilmu Komunikasi secara luring ini menghadirkan dua pembicara tamu dari Melbourne University, Prof. Carol Brown dan Dr. Monica Lim, mahasiswa S3 UGM asal Bulgaria, Dobrin Tsvetanov Bugov, dan maestro Lengger asal Banyumas, Rianto, S.Sn.
Secara khusus, kuliah tamu ini membahas mengenai pelestarian seni tari lengger Banyumasan. Lengger merupakan kesenian yang lahir, tumbuh, dan berkembang di wilayah sebaran budaya Banyumas yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan bercocok tanam. Dalam pertunjukannya sang lengger tidak hanya menari tetapi juga diiringi lagu tradisional dengan iringan musik calung dan gamelan.
Menurut Rianto, lengger merupakan istilah Jarwo Dhosok atau gabungan kata yang mempunyai arti. Lengger “Darani leng jebule jengger” yang bermakna “dikira wanita ternyata laki-laki”. Maksud tersebut adalah berkaitan dengan sejarah masa pra-kemerdekaan di mana penari lengger adalah laki-laki yang berdandan layaknya seorang wanita untuk mengelabui para antek-antek penjajah.
Sementara itu Brown menjelaskan mengenai pergeseran budaya yang terjadi secara internasional. Ia merespon perubahan dengan ide-ide yang mendasari perubahan tersebut, memberdayakan para penari masa depan sehingga mereka benar-benar memiliki alat untuk menjadi agen perubahan. Kuncinya menurut Brown adalah kreatifitas. Sementara itu Lim berbagi pengalamannya mengenai riset yang sedang ia lakukan berupa komposisi berbasis gerak tubuh dan teknologi baru. Hasil penelitiannya memungkinkan orang untuk belajar tari lengger dengan memerhatikan gerak tubuh sang penari secara digital.
Dobrin yang telah tujuh tahun tinggal dan menempuh pendidikan Jogyakarta, tertarik meneliti lengger dalam perspektif antropologi. Ia pun menjelaskan perjalannya sebagai seorang peneliti lengger yang akhirnya jatuh cinta mempelajari tari lengger yang gerakannya dinamis.
Acara yang dipandu langsung Kaprodi Ilmu Komunikasi, Dr. Ade Tuti Turistiati, MIRHRM ini disambut antusias oleh para audiens dan para dosen yang ikut hadir. Sebagai penutup, sang maestro lengger mempersembahkan dua buah tarian diiringi calung dan diikuti oleh sebagian audiens.
“Selain sebagai hiburan, seni lengger ataupun seni tari lainnya sarat akan makna, filosofi dan pesan moral. Kami berharap acara seperti ini dapat menggugah mahasiswa untuk lebih mencintai budaya sendiri dan turut melestarikannya.” pungkas Ade.