Kota Padang memiliki sejuta pesona wisata. Tentu, dimulai dari kulinernya. Uniknya, di kota Padang tidak ada Warung Padang. Disini, cukup ditulis Warung Sederhana atau Warung Pak Syakur. Karena sudah berada di Padang.
Perkembangan pariwisata yang sempat terhenti selama dua tahun belakangan lantaran pandemi, membuat kota ini bangkit dengan penerapan segmentasi pasar yang bertambah. Salah satu spot yang menjadi andalan adalah desa wisata.
Kubu Gadang merupakan salah satu kawasan desa wisata yang merahi beberapa penghargaan di bidang kepariwisataan. Konsep wisata edutainment yang diterapkan sangat merespon arah perkembangan pangsa pasar wisata saat ini. Di desa ini, wisatawan diajak mengenal kultur dan kehidupan keseharian penduduk setempat: bercook tanam. Sebuah penonjolan terhadap pendekatan humaniora.
Salah satu konseptor desa wisata tersebut adalah Datuk Weno Aulia Durin, putera Bpk. Hasan Basri Durin (mantan Gubernur Sumbar dan Meteri BPN – red). Datuk Weno merupakan alumni SSEAYP (proram Nipon Maru) 1989. Menurutnya, semua aktifitas desa wisata diserahkan kepada pemuda desa setempat.
Kami merasakan bahwa kawasan wisata ini tinggal sentuhan marketing yang massive. Sebagai produk wisata edutainment sudah memenuhi syarat. Wisatawan bisa langsung bercocok tanam dan melakukan aktifitas kenduri adat ataupun kegiatan berskala internasional seperti halnya gelaran penyair ASEAN yang diadakan di bulan November ini. Para penyair tersebut tinggal ber-homstay-ria bersama penduduk setempat.
Bagi korporsasi BUMN maupun swata yang city-minded, edutainment ini sangat cocok untuk menata hati para pegawai dan manajernya agar mereka sadar bahwa untuk menjadikan satu butir beras, membutuhkan proses panjang dan keringat bercucuran kepanasan di sawah.
Hehehe.
Salam Pariwisata,
- Budi.