PELAJARAN ILMU BISNIS DARI PERANG RUSIA-UKRAINA (2) SENI PERTAHANAN

Analisa Pariwisata


Setelah membahas Grand Strategy (GS), sekarang kita fokus pada Pertahanan terlebih dahulu. Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Pertahanan merupakan kondisi yang temporal untuk melawan usaha penyerang dengan menghentikan momentum serangannya. Bermakna, Pertahanan memiliki beberapa kegunaan dalam bidang aplikasi militer. Ketika diterapkan pada unit militer, pertahanan menyiratkan penggunaan taktik bertahan. Sedangkan pada perencanaan operasi militer, strategi pertahanan adalah kebijakan mencegah serangan, atau meminimalkan kerusakan serangan oleh kekuatan-kekuatan strategis.

Pada perang Rusia-Ukraina, terlepas dari Uni Soviet bubar pada 1991 dan ekonominya lumpuh. Namun, konsep insekuritas Rusia dari perspektif militer tetap merupakan salah satu militer super power dunia. Bukan kelas kaleng-kaleng. Lihat saja, senjata nuklirnya sekitar 6.000. Pengembangan teknologi peluru kendali jarak jauh Rusia yang mutakhir dan peluru kendali yang mampu menghancurkan satelit di luar angkasa. Tentunya, mencengangkan Pentagon. Inilah yang disebut Pertahanan dengan kondisi yang temporal untuk melawan usaha penyerang dengan menghentikan momentum serangannya. Amerika dan NATO jadi berpikir panjang mau menyerbu Rusia. Karena itulah, Ukrania terkesan ditinggal sendirian dan berteriak meminta bantuan kepada nenek moyang Sang Presiden: Yahudi sedunia.

Dalam bisnis, hanya perusahaan besar yang memiliki pertahanan korporasi kokoh. Di Indonesia saat ini, indikator kekokohan korporasi tersebut dapat dilihat dari nilai pergerakan saham yang wajar dan membaik (bukan saham gorengan), ketahanan cash-flow yang digdaya sebagai logistik tempur nan ampuh, serta nilai Asean Corporate Governance Score (ACGS) yang keren sebagai Simbol Kebesaran Integritas sebuah Entitas. Perlu ditahu bahwa ACGS merupakan upgrading dari Good Corporate Governance (GCG). Atau, boleh disebut sebagai GCG Internasional.

Salah satu contoh bahwa Perusahaan yang memiliki semangat menganeksasi perusahaan / entitas lain, tidak perlu bertempur merebut pasar. Cukup dengan cara memperkuat Core Business (Pertahanan Bisnis Utama) mereka terlebih dahulu, kemudian memborong saham entitas lawan yang sama bisnisnya (untuk dijadikan sparing-partner ataupun subsidiary). Atau, entitas yang berbeda bisnisnya untuk dijadikan pengembangan grup baru. Saya menyebutnya: Aneksasi tak Berdarah.

Konsep bisnis ini banyak dilakukan oleh para pemain saham di Bursa Efek Indonesia (IDX). Tidak perlu memikirkan proses pertempuran bisnis di lapangan. Cukup bermain pada analogi kalah-menang. Untuk itu, ilmu yang mereka pelajari kebanyakan bukan ilmu bisnis aplikatif, tetapi ilmu keyakinan setelah menganalisa berdasarkan pengalaman mereka di lapangan: Yakin mau beli sahamnya atau tidak. Itu saja !
Memang, kadang, mengandung analogi ghoib. Gak percaya ?
Coba tanya pada para pialang dan remisier. Bukan pada Afiliator ya !
Hehe.

JS. Budi.