PERANG & PARIWISATA
Perang fisik antara Rusia dan Ukraina pasti berdampak pada peta pariwisata global. Minimalnya, di kawasan regional mereka. Lantas, akankah itu merembet ke pariwisata nasional kita? Tidak, karena pariwisata kita sudah lumpuh terlebih dahulu oleh serangan pandemi. Ibarat tawanan, pariwisata kita sudah tertawan tiga tahun sebelum berangkat perang. Sehingga, jika ada agresor baru, ya, posisi pariwisata kita tinggal di-extend saja untuk mengikuti ritme agresor baru. Persis nasib bangsa ini, setelah Belanda kabur, diganti Jepang.
Dalam kamus pariwisata, force majure: seperti pandemi dan perang, jelas merupakan hantu yang mengerikan. Tapi, lantaran terlalu lamanya pariwisata berinteraksi dengan para hantu yang mengerikan itu, lama-lama malah jadi berteman. Gak takut lagi untuk memulai membuka diri. Dimulai dari bukanya bisnis skala terkecil yaitu para PKL dengan angkringan atau warungnya, dilanjut resto yang berani menggeliat kepermukaa., Tarik-ulurpun terjadi. Endingnya, beberapa hotel berbintangpun telah membuka diri untuk mengais kembali rejeki yang telah tercecer karena pandemi dan perang.
TIM










